Jakarta, hujan seringkali menjadi momen yang dinantikan oleh banyak orang, terutama mereka yang menyukai keindahan alam. Namun, bagi Nuryasin, seorang guru sekaligus Kepala SDN Pejagan IV di Madura, hujan bukan sekadar fenomena biasa; ia menjadi titik awal dari penemuan luar biasa yang mengubah hidupnya secara mendalam.
Pada suatu hari, setelah hujan deras mengguyur wilayahnya, lapangan sekolah tempat Nuryasin mengajar menjadi becek. Khawatir akan kebersihan lantai sekolah yang bersih, ia mengambil keputusan untuk menggali tanah guna menutup area yang tergenang air. Tindakan ini ternyata membawanya pada kejutan yang tak terduga.
“Saya menggali tanah di halaman untuk menimbun bagian yang becek,” ungkap Nuryasin, mengisahkan awal dari kisah menegangkan ini.
Tidak lama setelah mulai menggali, Nuryasin berhasil menutup titik-titik becek dengan tanah kering. Namun, saat mencoba menggali lebih dalam, sebuah penemuan mengejutkan terjadi; ia menemukan gerabah kuno di dalam galian.
Ketika gerabah tersebut dikeluarkan, Nuryasin sangat terkejut karena isinya adalah mata uang koin kuno yang berasal dari masa VOC. Temuan ini bukan sekadar artifak, tetapi merupakan potongan sejarah yang tertimbun di bawah tanah selama ratusan tahun.
Penemuan Harta Karun yang Menggemparkan Warga
Setelah penemuan tersebut, kabar menggembirakan ini menyebar dengan cepat dan menjadi perhatian seluruh masyarakat. Otoritas yang berwenang segera bergerak cepat untuk memverifikasi penemuan Nuryasin. Mereka menemukan bahwa koin-koin tersebut merupakan peninggalan berharga dari zaman penjajahan Belanda.
Jumlah keseluruhan koin yang ditemukan oleh Nuryasin mencapai berat 13 kg dan diperkirakan bernilai miliaran rupiah. Masyarakat sangat antusias dan banyak yang berspekulasi bahwa Nuryasin akan menjadi miliarder baru berkat harta karun tersebut.
Namun, dengan banyak dorongan untuk menjual temuan bersejarahnya, Nuryasin tetap pada pendiriannya. Ia menegaskan bahwa koin-koin tersebut akan diserahkan kepada museum, sesuai dengan petunjuk dari pihak terkait. “Ini adalah tanggung jawab saya terhadap sejarah,” ujarnya.
Keputusan Nuryasin untuk menyerahkan harta karun tersebut menunjukkan integritas dan komitmennya terhadap nilai sejarah. Dia menyadari bahwa temuan ini adalah sesuatu yang jauh lebih berharga daripada sekadar uang.
Melacak Jejak Sejarah Transaksi di Era VOC
Temuan ini juga membawa kita untuk melihat lebih dalam tentang sistem ekonomi pada masa lalu, khususnya saat era VOC. Pada masa Kerajaan Hindu-Buddha, masyarakat sudah menggunakan mata uang sebagai alat transaksi, menggeser praktik barter yang sebelumnya umum dilakukan.
Menurut Ewin Kusuma dalam kajiannya, masyarakat Jawa kuno biasa menggunakan koin emas untuk transaksi besar seperti jual beli tanah. Namun, ketika VOC datang, mereka memperkenalkan penyeragaman mata uang dan mengedarkan berbagai tipe koin untuk perdagangan.
Beberapa jenis koin yang populer diantaranya adalah rijksdaalder, dukat, dan stuiver. Semua koin ini terbuat dari berbagai bahan seperti emas, perak, dan tembaga. Salah satu yang terkenal adalah koin “doit,” yang akhirnya dikenal sebagai ‘duit’ dalam bahasa sehari-hari masyarakat.
Koin-koin tersebut menjadi sangat umum digunakan dalam berbagai transaksi hingga perubahan besar terjadi ketika VOC runtuh pada tahun 1799. Sejak saat itu, mata uang yang baru mulai diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menggantikan mata uang lama yang berasal dari VOC.
Akhirnya, mata uang yang berasal dari era VOC beralih menjadi bagian dari sejarah, dengan banyak di antaranya yang kini dianggap sebagai harta karun yang bersejarah. Penemuan Nuryasin memperlihatkan bahwa harta karun tak hanya berisi nilai material, tetapi juga kisah dan perjalanan sejarah yang berharga.
Warisan Koin Kuno dan Makna di Balik Penemuannya
Secara keseluruhan, penemuan koin kuno ini membuka wawasan baru tentang kehidupan ekonomi masyarakat pada zamannya. Ini menunjukkan bahwa transaksi pada masa lalu telah beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi.
Melalui penemuan seperti ini, kita bisa mempelajari banyak hal tentang ekonomi, budaya, dan interaksi sosial pada era penjajahan. Temuan Nuryasin, meski tidak memberikannya kekayaan secara finansial, telah mengukir namanya dalam catatan sejarah sebagai penemu koin berharga.
Lebih dari itu, keberaniannya untuk menyerahkan penemuan tersebut kepada museum menjadi contoh yang baik tentang bagaimana kita harus menghargai dan melestarikan sejarah demi generasi mendatang. Ini mengingatkan kita semua bahwa ada nilai yang jauh lebih tinggi daripada sekadar uang.
Dengan demikian, penemuan Nuryasin bukan hanya sebuah kejadian yang menggembirakan, tetapi juga mengajak kita untuk terus menerus meneliti dan menggali jejak-jejak sejarah yang berharga. Sejarah tidak hanya dihapal, tetapi harus dihayati dan diceritakan kembali kepada generasi selanjutnya agar tetap hidup dalam ingatan kolektif kita.