Kunjungan kenegaraan adalah momen penting dalam hubungan bilateral antar negara. Dalam hal ini, kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belanda baru-baru ini membawa perubahan signifikan dalam konteks diplomasi Indonesia.
Kedatangan Prabowo ke Belanda pada waktu yang bersejarah ini, merupakan simbol dari perbaikan hubungan yang sebelumnya sempat tegang. Dalam kunjungan tersebut, ia berencana bertemu dengan berbagai pejabat tinggi termasuk Raja Willem Alexander dan Perdana Menteri Belanda.
Perbandingan antara kunjungan ini dan kunjungan Presiden Soeharto pada 1970 jelas terlihat. Saat itu, Soeharto menghadapi berbagai tantangan termasuk demonstrasi yang melibatkan kelompok separatis dari Maluku.
Konflik Sejarah dan Kunjungan Pertama ke Belanda
Soeharto adalah Presiden pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Belanda setelah Indonesia merdeka. Meskipun direncanakan ditegaskan sebagai langkah diplomasi, kenyataan di lapangan justru menunjukkan ketegangan di antara kedua negara.
Di masa lalu, kunjungan tersebut diwarnai aksi-aksi demonstrasi besar yang dipicu oleh rasa sakit akibat masa kolonial. Banyak pihak, terutama dari Maluku, merasa belum memperoleh keadilan yang seharusnya mereka dapatkan.
Situasi ini diperburuk dengan munculnya gerakan separatis yang dikenal dengan Republik Maluku Selatan (RMS). RMS dideklarasikan dengan tujuan memisahkan Maluku dari Indonesia, menciptakan ketegangan politik yang serius menjelang kunjungan Soeharto.
Penyanderaan dan Tindakan Pemerintah Belanda
Menjelang kunjungan Soeharto pada 1970, drama penyanderaan terjadi yang melibatkan Duta Besar RI di Den Haag. Para pelaku, yang mengaku berasal dari RMS, menahan keluarga Duta Besar sebagai bentuk protes.
Pemerintah Belanda mengambil langkah cepat dengan mengerahkan mobil lapis baja untuk menjaga keamanan. Kejadian ini memperlihatkan betapa rumitnya situasi yang dihadapi oleh Presiden Soeharto saat itu.
Meski penyanderaan berlangsung singkat, peristiwa ini memberikan dampak yang luas, mendorong pihak keamanan untuk menunda kunjungan Soeharto demi keselamatan dan keamanan. Sementara itu, polisi Belanda mengalami kehilangan, menambah ketegangan saat itu.
Ketegangan yang Mewarnai Kunjungan
Kunjungan Soeharto akhirnya tetap berlangsung meski setelah penundaan. Sikap pemerintah Indonesia yang tegas terhadap separatis menimbulkan reaksi pemerintah Belanda, yang akhirnya memohon maaf dan mengambil tindakan tegas terhadap demonstrasi.
Pemerintah Belanda melarang semua aksi demonstrasi serta menindak tegas siapapun yang menentang kunjungan Soeharto. Pada tanggal 3 September 1970, Soeharto mendarat di Den Haag, disambut oleh keluarga kerajaan dan tokoh-tokoh penting lainnya.
Keadaan di lapangan memaksa rombongan Soeharto untuk tidak menempuh jalur darat, tetapi menggunakan helikopter demi pengamanan. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya situasi yang harus dihadapi oleh presiden saat itu.
Kunjungan singkat Soeharto ke Belanda, meski terkesan ketat dengan pengawalan, berlangsung dengan lancar. Dalam perjalanan pulang, Soeharto merasa lega bahwa kunjungan tersebut, meski penuh tantangan, masih dapat memberikan hasil positif bagi hubungan bilateral kedua negara.