Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan rencana ambisius untuk menyelesaikan konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Gaza, yang didukung oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Rencana ini menekankan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Gaza, serta pembentukan badan internasional untuk mendemiliterisasi wilayah tersebut dan melucuti senjata Hamas.
Dalam rencananya, Trump mengusulkan pembentukan sebuah Dewan Perdamaian yang akan terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair. Menurut Trump, tidak ada tempat bagi Hamas dalam pemerintahan Gaza di masa depan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan laporan dari berbagai sumber, terdapat 20 hingga 21 poin utama dalam proposal ini yang dirancang untuk mencapai perdamaian yang langgeng. Trump menggambarkan keputusan ini sebagai momen bersejarah yang menjadi langkah maju yang signifikan untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Detail Proposal Perdamaian yang Diusulkan oleh Trump
Proposal Trump diawali dengan penghentian segera semua operasi militer di wilayah tersebut. Ia menegaskan bahwa ‘garis pertempuran’ yang ada akan dibekukan sampai semua syarat penarikan pasukan Israel dipenuhi, dengan harapan mengakhiri kekerasan yang berkepanjangan.
Dalam rencana tersebut, diketahui bahwa Hamas diminta untuk meletakkan senjatanya dan menghancurkan semua terowongan serta fasilitas yang digunakan untuk memproduksi senjata. Mereka diberikan waktu 72 jam untuk melaksanakan perintah ini, termasuk menyerahkan sandera yang mereka tahan.
Setiap jenazah sandera Israel yang dibebaskan oleh Hamas akan diimbangi dengan pembebasan 15 jenazah warga Gaza oleh Israel. Ketuntasan bagi kedua pihak diharapkan dapat menciptakan suasana saling percaya dan mengakhiri siklus balas dendam yang telah ada selama bertahun-tahun.
Pembentukan Badan Internasional dan Rencana Ekonomi untuk Gaza
Proposal ini juga menetapkan bahwa segera setelah kesepakatan ditandatangani, bantuan internasional akan dikirim ke Jalur Gaza untuk membantu proses rekonstruksi. Komite Palestina yang bersifat teknokratis dan apolitis diusulkan untuk memerintah sementara dengan pengawasan dari badan transisi internasional yang baru dibentuk.
Dewan Perdamaian yang dipimpin oleh Trump dan melibatkan berbagai tokoh internasional, termasuk Tony Blair, diharapkan akan menjadi fasilitator utama dalam transisi ini. Blair sendiri telah menyatakan bahwa rencana ini adalah langkah berani dan cerdas untuk menyelesaikan konflik yang kompleks ini.
Banyak perhatian dalam rencana ini juga difokuskan pada aspek pembangunan ekonomi untuk memberikan solusi jangka panjang bagi Gaza. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kembali ekonomi yang kuat dan berkelanjutan di wilayah tersebut, yang saat ini mengalami keruntuhan akibat konflik.
Respon Negara-Negara Arab dan Indonesia
Terdapat kabar bahwa beberapa negara Muslim terkemuka mendukung proposal Trump. Delapan negara, termasuk Mesir, Yordania, Arab Saudi, Qatar, Turki, dan Pakistan, dilaporkan menyambut baik inisiatif Amerika Serikat ini dengan harapan mendamaikan kawasan tersebut.
Dalam pertemuan di sela-sela Sidang Umum PBB yang lalu, negara-negara tersebut juga menegaskan komitmen mereka untuk terlibat dalam perundingan dan implementasi perjanjian yang diusulkan. Hal ini menunjukkan adanya dukungan luas dari negara-negara yang selama ini memiliki peran penting dalam stabilitas politik dan sosial di Timur Tengah.
Menariknya, Indonesia juga berkontribusi dalam usulan ini. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia bersedia menawarkan bantuan pasukan untuk mendukung pengelolaan stabilitas di Gaza. Ini menandakan komitmen Indonesia untuk terlibat aktif dalam solusi perdamaian di kawasan.
Pakistani juga menunjukkan ketertarikan terhadap rencana ini, berusaha untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan Washington sebagai langkah untuk memperkuat posisi mereka di kancah internasional. Dukungan ini menunjukkan bahwa banyak negara bersedia untuk turut serta dalam proses damai demi keamanan dan kesejahteraan kawasan tersebut.
Dengan dukungan internasional yang luas dan rencana yang terstruktur, harapan untuk mencapai perdamaian di Gaza tampaknya mulai menemukan jalan. Namun, kesuksesan dari semua ini akan sangat bergantung pada implementasi yang efektif dan komitmen semua pihak yang terlibat untuk mengakhiri konflik ini secara damai.