Karakter Hana dalam sinetron ini sering kali dihadapkan dengan situasi yang tertekan seperti konflik batin yang berat sehingga membutuhkan emosi yang ekstra untuk mencapai adegan yang sempurna. Dalam membawakan perannya, Febby membeberkan bahwa dirinya kerap kali terbawa perasaan dan mood tersebut.
“Kadang suka ke bawa moodnya kalo emang Hananya sedih, aku juga jadi down dan feeling low. Ya, tapi tetep dibalikin lagi kayak, ok this is not real,” ucap Febby.
Meski begitu, Febby tetap memisahkan antara karakter Hana dengan dirinya sendiri. Ia mengaku bahwa Hana dan Febby adalah orang yang berbeda.
“Emosi karakter dan emosi Febby ‘kan berbeda. Jadi gimana caranya saat aku jadi Hana ya dilepaskan dari Febby-nya. Jadi ya begitu udah selesai take ya balik lagi ke Febbynya, jangan terlalu lama mendalami si Hana-nya itu sendiri,” jelasnya.
Proses Akting yang Menguras Emosi dalam Sinetron
Dalam melakukan proses pengambilan gambar, seringkali Febby harus menghadapi tantangan berat. Setiap adegan yang diambil memerlukan konsentrasi yang tinggi serta keterampilan untuk mesra dalam menampilkan perasaan yang kompleks.
Hal ini menjadikan setiap sesi syuting terasa menegangkan. Dengan banyaknya konflik yang harus diperankan, ia tidak jarang merasa emosional, terutama saat bermain cinta atau sedih.
Febby mengenang pengalaman yang tak terlupakan ketika merasa tertekan. Melalui dukungan tim produksi, sambil memberikan semangat, dia mampu melewati adegan-adegan tersebut dengan baik.
Keterpisahan Karakter dari Kehidupan Nyata
Penting bagi Febby untuk memisahkan antara peran dan kehidupan pribadinya. Dia menyadari bahwa menghayati karakter Hana tidak selalu berarti harus membawa perasaan itu ke dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menjelaskan bahwa memiliki batasan emosional sangat krusial bagi kesehatan mental. Dengan cara ini, ia bisa tetap menjadi dirinya sendiri di luar layar tanpa terbebani oleh karakter yang dimainkan.
Febby percaya bahwa pengaturan seperti ini membantu para aktor untuk memberikan kinerja maksimal. Sehingga, ketika layar mati dan karakter ditinggalkan, mereka bisa bertransisi kembali menjadi diri mereka sendiri.
Tantangan dalam Menghadapi Adegan Emosional
Setiap adegan emosional yang dijalani Febby membawa tantangan tersendiri. Dia sering kali harus menghadapi skenario yang mengharuskan dirinya untuk berempati dengan karakter yang sedang berjuang.
Febby mengungkapkan, setiap kali harus beradegan sedih, ia harus menyusun perasaan dengan seksama. Ini agar penonton dapat merasakan kedalaman emosinya dan menikmati alur cerita yang disampaikan.
Selain tantangan emosional, ada juga tuntutan fisik yang cukup berat. Dalam beberapa adegan, dia harus berlari, berteriak, atau bahkan menangis, yang semuanya memerlukan energi dan stamina.