Sebuah maskapai terkadang tetap harus mengoperasikan penerbangan meskipun jumlah kursinya kosong melompong. Situasi itu seperti yang dialami dua penumpang maskapai Emirates beberapa waktu lalu, meninggalkan pertanyaan besar di benak banyak orang mengenai keputusan tersebut.
Mengapa maskapai lebih memilih merugi daripada membatalkan penerbangan? Dalam industri transportasi massal, jumlah penumpang memang menjadi penentu utama pendapatan, tetapi ada berbagai pertimbangan strategis yang mendasari keputusan tersebut.
Penerbangan dengan penumpang yang sangat sedikit ternyata bukan hal yang jarang terjadi. Dalam banyak situasi, maskapai harus mempertahankan operasional mereka untuk alasan yang lebih penting daripada sekadar keuntungan jangka pendek.
Mengapa Maskapai Memilih Terbang dengan Penumpang Minim?
Penerbangan domestik yang dioperasikan dengan sedikit penumpang sering terjadi di berbagai negara. Ketepatan waktu dan kepatuhan terhadap jadwal penerbangan menjadi prioritas utama bagi maskapai dan bandara, karena keduanya berhubungan langsung dengan reputasi dan kepercayaan publik.
Menurut juru bicara dari NZ Airports, alasan utama maskapai tetap mengoperasikan penerbangan kosong adalah untuk mempertahankan ‘slot’ yang sangat berharga di bandara-bandara sibuk. Slot ini adalah waktu kedatangan dan ketersediaan gerbang untuk pesawat yang diparkir di bandara.
Hak atas slot ini diperpanjang setiap tahun, tetapi hanya jika maskapai memenuhi syarat penggunaan minimal. Jika tidak, hak atas slot tersebut bisa jatuh ke tangan maskapai lain yang lebih aktif dalam menggunakan slot yang tersedia.
Slot Bandara dan Kepentingan Strategis Maskapai
Perjuangan untuk mempertahankan slot sering kali mengharuskan maskapai menjalankan penerbangan yang dikenal sebagai penerbangan “hantu”. Penerbangan ini dioptimalkan agar tetap memenuhi syarat tanpa harus mengangkut penumpang. Ini adalah metode yang diambil banyak maskapai saat kondisi tidak menguntungkan.
Selama pandemi COVID-19, misalnya, banyak maskapai terus terbang meskipun hanya dengan sedikit atau tanpa penumpang. Strategi ini memungkinkan mereka untuk menjaga slot bandara yang berharga.
Dalam situasi bisnis yang semakin kompetitif, kemampuan untuk mempertahankan akses ke slot-base yang sibuk sangat penting. Melalui tindakan ini, maskapai mempersiapkan dirinya untuk kembali ke kondisi normal saat jumlah penumpang mulai meningkat kembali.
Kepatuhan pada Aturan Penerbangan dan Keteraturan Operasional
Pembatasan dari Air Traffic Control (ATC) juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan dalam keputusan maskapai untuk tetap terbang. Keteraturan dalam jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat sangat penting untuk efisiensi operasional keseluruhan.
ATC perlu melakukan perencanaan dan pengendalian yang efektif untuk menjaga keselamatan dan memberikan pelayanan yang baik kepada para penumpang. Ketidakpastian dalam jadwal bisa menimbulkan masalah di bandara yang lebih besar.
Maskapai yang terus menerbangkan pesawat, meskipun dengan sedikit penumpang, membantu memastikan bahwa jadwal tetap terjaga dengan baik, menciptakan alur lalu lintas udara yang lebih efektif.