Sejarah Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sosok-sosok yang berperan penting dalam perjalanannya. Salah satu individu yang memiliki pengaruh besar adalah Rokus Bernadus Visser, yang lebih dikenal sebagai Mohammad Idjon Janbi. Keberadaannya dalam dunia militer Indonesia menandai awal berdirinya satuan elite yang dikenal hingga saat ini.
Rokus lahir di negeri Belanda, mengawali hidupnya sebagai pedagang bersama ayahnya di London. Namun, situasi perang dunia yang melanda Eropa membawa perubahan drastis dalam hidupnya, mendorongnya untuk memasuki dunia militer dan berkontribusi pada sejarah Indonesia.
Pada tahun 1940-an, ketika Belanda dijajah oleh Jerman, Rokus terpaksa tinggal di London. Tanpa bisa pulang ke tanah air, ia akhirnya bergabung dengan militer Belanda demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dia pun mampu menyesuaikan diri sebagai tentara meskipun latar belakangnya bukan dari dunia militer.
Transformasi dari seorang pedagang menjadi tentara cukup drastis. Di dalam dinas militer, Rokus tidak hanya menjalani pelatihan militernya, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan dan pertempuran. Dengan pelatihan pasukan khusus di Belanda, ia berhasil menjalani sejumlah tugas penting, termasuk sebagai sopir Ratu Belanda dan pembawa radio di medan perang.
Setelah Jepang kalah dan situasi di Eropa mulai tenang, Rokus memutuskan untuk tetap tinggal di Indonesia. Ia memilih menghabiskan hidupnya di Bandung, menjauh dari panggung militernya dan memulai karier baru sebagai petani bunga. Ini adalah titik balik penting dalam hidupnya, yang juga disertai dengan peralihan keyakinan ke dalam Islam setelah menikahi wanita Sunda.
Dari sini, ia dikenal dengan nama baru, Mochammad Idjon Janbi. Akan tetapi, ketaatan kepada militer tampaknya tetap mengalir di dalam jiwanya, yang kemudian membawanya bertemu dengan Panglima Siliwangi, A.E Kawilarang. Ia diundang untuk melatih pasukan baru yang tengah dibentuk di Indonesia, sesuatu yang mendorongnya untuk kembali ke ruang lingkup militer.
Peran Idjon Janbi dalam Pembentukan Kopassus di Indonesia
Kehadiran Idjon sangat berpengaruh dalam pembentukan satuan khusus militer Indonesia. Panglima A.E Kawilarang menyadari potensi besar yang dimilikinya sebagai mantan anggota pasukan khusus Belanda, sehingga memintanya untuk memberikan pelatihan kepada tentara Indonesia. Dengan latar belakangnya yang kaya pengalaman, Idjon bersedia membantu.
Setelah menyetujui ajakan tersebut, Idjon kembali mengenakan seragam tentara, kini sebagai Mayor dalam Angkatan Darat Indonesia. Dia merelakan kewarganegaraannya dan dengan sepenuh hati mengabdi untuk Indonesia. Proses ini memberi jalan bagi munculnya kekuatan baru yang siap membela negara.
Inisiatif Idjon membuktikan hasil yang signifikan ketika, pada tanggal 16 April 1952, pasukan khusus pertama Indonesia resmi dibentuk, dikenal dengan nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Pendidikan dan pelatihan yang intensif diberikan kepada para anggotanya dengan harapan bisa menghasilkan prajurit yang tangguh dan terlatih.
Kopassus tidak hanya menjadi satuan elit, tetapi juga terlibat dalam sejumlah operasi militer di berbagai tempat. Misi-misi ini berfokus pada penanggulangan ancaman yang berasal dari berbagai kelompok yang dianggap kontra terhadap kedaulatan Indonesia. Hasilnya, Kopassus mendapatkan reputasi sebagai satuan yang profesional dan efektif.
Seiring waktu, banyak tokoh besar Indonesia yang pernah menjadi bagian dari Kopassus. Nama-nama seperti Prabowo Subianto dan Luhut Binsar Panjaitan merupakan beberapa individu yang meniti karir awal mereka di satuan khusus ini. Ini menunjukkan bahwa Kopassus tidak hanya melatih prajurit biasa, tetapi juga calon pemimpin masa depan negara.
Warisan Mohammad Idjon Janbi dalam Sejarah Militer Indonesia
Warisan Idjon Janbi dalam sejarah militer Indonesia sangat besar. Ia berkontribusi dalam menciptakan struktur dan pelatihan yang diperlukan untuk membentuk pasukan yang mampu menghadapi tantangan. Satuan Kopassus yang ia dirikan menjadi ikon dalam dunia militer Indonesia.
Penghormatan terhadap Idjon juga terlihat dari generasi penerus di militer. Misalnya, Prabowo Subianto, yang pernah menjabat sebagai Komandan Kopassus, sering mengunjungi makam Idjon di Yogyakarta sebagai bentuk rasa hormat. Ini menunjukkan bahwa kontribusinya sangat dihargai dan dikenang oleh para prajurit hingga saat ini.
Lebih dari sekadar sosok militer, Idjon juga dikenang sebagai seorang yang mampu melakukan transisi ke kehidupan sipil. Meskipun ia memulai sebagai tentara, Ia tidak ragu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi baru dan mengambil keputusan yang bisa menguntungkan masyarakat sekitarnya. Perpindahan keyakinan dan komitmennya terhadap Indonesia menjadi aspek penting dari identitasnya.
Seiring berjalannya waktu, banyak yang belajar dari jejak langkah Idjon dalam bidang militer dan kehidupan. Pengalaman serta dedikasinya menghadirkan inspirasi bagi generasi muda, bahwa dedikasi serta semangat dalam pengabdian tidak akan pernah pudar. Kesuksesan dalam membangun Kopassus merupakan bukti bahwa usaha dan komitmen dapat memberikan hasil yang signifikan.














