Kendala Daya Beli dan Penyaluran Rumah Subsidi di Indonesia – Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat, atau BP Tapera, menyampaikan bahwa lemahnya daya beli masyarakat menjadi salah satu kendala utama dalam mempercepat penyaluran rumah subsidi. Penyaluran program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) di tahun 2025 menunjukkan angka yang jauh dari target yang ditetapkan.
Sebagai contoh, pada 21 November 2025, dari target 350.000 unit rumah, baru tercapai 223.279 unit atau sekitar 63,38 persen. Hal ini menjadi perhatian serius, terutama di tengah upaya pemerintah mendorong pembangunan dan penyerahan rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
“Belum pulihnya daya beli masyarakat menjadi faktor dominan dalam situasi ini,” tegas Heru Pudyo Nugroho, Komisioner BP Tapera, dalam konferensi pers. Dia menunjuk bahwa stagnasi pertumbuhan ekonomi dan penurunan konsumsi masyarakat tidak dapat diabaikan sebagai indikator penting dari permasalahan ini.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat dalam kuartal III 2025, yang turun dari 5,12 persen menjadi 5,04 persen, memberikan dampak langsung pada daya beli masyarakat. Masyarakat kini lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka, yang berdampak pada banyak sektor, termasuk real estate dan perumahan subsidi.
“Data ini menunjukkan bahwa kita perlu mendorong kembali konsumsi dan melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki daya beli masyarakat,” lanjut Heru. Hal ini menjadi urgensi, mengingat banyak individu dan keluarga yang menantikan kesempatan untuk memiliki rumah yang terjangkau.
Penurunan Pertumbuhan Ekonomi yang Memengaruhi Daya Beli Masyarakat
Melambatnya pertumbuhan ekonomi dapat terlihat dari berbagai indikator yang mencerminkan kesehatan ekonomi negara. Misalnya, konsumsi masyarakat yang biasanya tumbuh di atas 5 persen, kini hanya tumbuh 4,89 persen. Kondisi ini membuat masyarakat merasa lebih sulit untuk mengakses kebutuhan dasar, termasuk perumahan.
Penurunan ini berimbas pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), yang mencerminkan seberapa optimis masyarakat terhadap kondisi ekonomi. IKK telah menunjukkan penurunan signifikan dari level 123,5 di tahun 2024, menjadi 115 pada September 2025, meskipun sempat pulih menjadi 121,2 pada Oktober 2025.
Pemerintah dan lembaga terkait perlu memperhatikan tren ini untuk merancang kebijakan yang mampu mengangkat kembali kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian. Tanpa langkah yang konkret, target penyaluran rumah subsidi akan semakin sulit untuk dicapai.
Dengan pola konsumsi masyarakat yang cenderung menurun, dampaknya dapat menjalar ke berbagai sektor lain, termasuk investasi dan pembangunan infrastruktur. Kebangkitan kembali daya beli harus menjadi prioritas utama agar program penyaluran rumah subsidi dapat berjalan dengan efektif.
Penguatan daya beli juga akan berkontribusi terhadap pertumbuhan lapangan kerja, yang pada gilirannya akan menciptakan siklus positif di perekonomian lokal. Dengan semakin banyaknya masyarakat yang dapat mengakses rumah subsidi, maka akan terjadi peningkatan dalam kualitas kehidupan mereka.
Peran Strategis BP Tapera dalam Penyediaan Rumah Subsidi
BP Tapera memiliki tanggung jawab besar dalam menyediakan solusi perumahan yang terjangkau bagi masyarakat. Dalam upaya mencapai target penyaluran rumah subsidi, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan lembaga keuangan. Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat proses dan meningkatkan distribusi unit rumah subsidi.
Program FLPP merupakan salah satu upaya yang diusung BP Tapera untuk memastikan masyarakat berpenghasilan rendah memperoleh akses terhadap pembiayaan perumahan. Dengan skema likuiditas, diharapkan masyarakat dapat memiliki rumah tanpa harus terbebani oleh cicilan yang tinggi.
Dalam menghadapi tantangan ini, BP Tapera mengupayakan berbagai inisiatif untuk memperkuat daya beli masyarakat. Salah satunya adalah melakukan edukasi finansial agar masyarakat lebih memahami pentingnya pengelolaan keuangan, sehingga mereka lebih siap dalam mengambil langkah untuk membeli rumah.
Selain edukasi, BP Tapera juga berkomitmen untuk memberikan informasi yang jelas mengenai akses perumahan subsidi. Dengan transparansi informasi, diharapkan masyarakat dapat lebih mudah dalam menentukan pilihan terbaik untuk kebutuhan mereka.
Sebagai lembaga yang berperan dalam pengembangan perumahan, BP Tapera tidak sekadar fokus pada penyaluran, tetapi juga berupaya melakukan pemantauan terhadap proyek-proyek yang tengah berjalan. Hal ini demi memastikan setiap unit rumah yang disalurkan memenuhi syarat dan mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat.
Langkah-langkah Strategis ke Depan untuk Mempercepat Penyaluran Rumah Subsidi
Ke depan, BP Tapera perlu merumuskan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan penyaluran rumah subsidi. Salah satu langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan analisis mendalam terhadap data pasar, guna memahami permintaan dan kebutuhan masyarakat. Dari sini, kebijakan yang lebih adaptif bisa diimplementasikan.
Penyaluran yang lebih efisien tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari pengembang. Keterlibatan mereka dalam memahami kebutuhan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan hunian yang berkualitas dan terjangkau.
Selain itu, penting bagi BP Tapera untuk memperluas jaringan kerjasama dengan lembaga keuangan. Dengan menghadirkan berbagai opsi pembiayaan, masyarakat akan memiliki lebih banyak alternatif untuk membeli rumah.
Peningkatan promosi dan sosialisasi program subsidi juga tidak kalah penting. Masyarakat perlu mendapat informasi yang cukup mengenai berbagai program yang ada agar mereka lebih siap menjalani proses pengadaan rumah yang terjangkau.
Hal ini tentunya harus disertai dengan upaya pemulihan daya beli masyarakat. Kebijakan yang mendorong pertumbuhan ekonomi akan sangat berpengaruh pada keberhasilan penyaluran rumah subsidi di masa depan. Sinergi antara berbagai pihak adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang signifikan.














