Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami sentimen negatif setelah aksi demonstrasi yang berlangsung pada perdagangan akhir pekan lalu. Peristiwa ini terjadi menyusul rekor tertinggi yang dicapai IHSG pada perdagangan sehari sebelumnya.
Secara keseluruhan, IHSG mencatat pelemahan signifikan pada akhir pekan lalu, dengan penutupan di level 7.830,49 atau turun 1,53%. Penurunan ini mencerminkan volatilitas pasar yang terpengaruh oleh faktor eksternal dan internal yang kompleks.
Kapitalisasi pasar IHSG juga mengalami penurunan hingga Rp 166 triliun, menunjukkan dampak aksi jual. Kinerja ini membuktikan bahwa faktor sentimen masih sangat berpengaruh dalam pergerakan pasar modal Indonesia.
Dampak Aksi Jual Asing Terhadap IHSG di Akhir Pekan
Pada perdagangan terakhir di pekan tersebut, investor asing melakukan aksi jual bersih yang cukup besar. Tercatat, nilai jual bersih mencapai Rp 1,12 triliun di seluruh pasar saham.
Pemantauan lebih lanjut menunjukkan bahwa transaksi di pasar reguler juga menunjukkan angka net sell yang signifikan. Dimana, nilai yang tercatat di pasar reguler mencapai Rp 688 miliar, berkontribusi terhadap penurunan IHSG.
Aksi jual ini menggambarkan kekhawatiran investor asing atas situasi ekonomi dan politik yang berpotensi memengaruhi kinerja jangka panjang perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa. Sentimen negatif ini bisa diperparah jika situasi tidak segera membaik.
Daftar Saham Teratas yang Dihindari oleh Investor Asing
Ada beberapa saham yang paling banyak dihindari oleh investor asing selama pekan lalu. Mengingat besaran angka penjualan bersih yang mencolok, beberapa perusahaan menjadi sorotan utama.
Salah satu yang mencolok adalah Bank Central Asia (BBCA), yang mencatatkan jual bersih mencapai Rp 1,12 triliun. Angka yang tinggi ini menunjukkan bahwa investor asing merasa tidak yakin pada prospek saham tersebut di masa depan.
Selain BBCA, saham lainnya yang juga mengalami penjualan besar adalah Bank Mandiri (BMRI) dan Solusi Sinergi Digital (WIFI), masing-masing dengan penurunan hingga Rp 169,32 miliar dan Rp 142,24 miliar. Hal ini menunjukkan tren negatif yang sama di kalangan investor.
Reaksi Pasar Menyusul Aksi Jual
Dari sudut pandang investor lokal, reaksi terhadap penjualan besar-besaran ini beragam. Beberapa investor melihat ini sebagai peluang untuk membeli saham dengan harga lebih rendah, sementara yang lainnya memilih untuk menunggu hingga situasi lebih stabil.
Ketidakpastian ini menciptakan suasana pasar yang penuh ketegangan, dengan banyak investor yang tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Mereka cenderung melihat faktor-faktor eksternal seperti kebijakan moneter global dan perkembangan ekonomi domestik.
Menghadapi situasi ini, penting bagi investor untuk mempertimbangkan strategi jangka panjang dan tetap berfokus pada fundamental perusahaan. Kinerja yang baik di masa lalu bukanlah jaminan untuk masa depan, terutama di saat-saat penuh ketidakpastian.