Penculikan John Paul Getty III pada tahun 1973 merupakan salah satu peristiwa paling tragis dalam sejarah keluarga yang dikenal sebagai salah satu yang terkaya di dunia. Kejadian ini menunjukkan ironi bahwa meskipun memiliki kekayaan berlimpah, tidak ada yang bisa menjamin keamanan anggota keluarga dari ancaman bahaya yang mengejutkan.
John Paul Getty III adalah cucu dari J. Paul Getty, seorang magnat minyak yang pada masanya diakui sebagai orang terkaya di dunia. Latar belakang kekayaan yang kuat ini semestinya memberikan perlindungan bagi setiap anggota keluarga, namun John Paul memilih jalan hidup yang berbeda dari yang diharapkan keluarganya.
Dari usia muda, Getty III menunjukkan sikap yang tidak lazim dengan menolak untuk sepenuhnya bergantung pada warisan keluarganya. Ia memilih menjalani kehidupan yang sederhana di Roma, menjual karya seni dan berusaha mendapatkan peran kecil dalam dunia film untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Kisah Hidup John Paul Getty III Sebelum Penculikan
John Paul Getty III lahir pada 4 November 1956 dan tumbuh di dalam lingkungan yang sangat majemuk. Dengan pengaruh besar dari kakeknya yang merupakan pemilik Getty Oil Company, harapan untuk menjalani hidup yang glamor dan terjamin sangatlah besar.
Sebagai seorang remaja, Getty III tidak berusaha mengejar citra megah dari keluarga kaya, melainkan lebih memilih untuk mengeksplorasi kehidupan independen di luar bayang-bayang kekayaan yang mengelilinginya. Pilihannya untuk menjauh dari cengkeraman harta keluarga justru membawanya memasuki jalan yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Kesederhanaan hidup yang dijalaninya di Roma, meskipun mulanya tampak romantis, ternyata diwarnai oleh tantangan dan kesulitan yang tidak sedikit. Dia berusaha keras untuk berdikari, tetapi perbedaan latar belakangnya menjadikannya sasaran empuk bagi kejahatan di sekitar.
Peristiwa Penculikan yang Mengguncang Keluarga Getty
Pada pagi yang kelam di 10 Juli 1973, dunia John Paul Getty III berubah selamanya ketika ia diculik oleh sekelompok kriminal bernama ‘Ndrangheta. Penculik tersebut memiliki sejarah menculik orang untuk mendapatkan uang tebusan dan kali ini mereka tidak menyangka bahwa targetnya adalah cucu dari orang terakaya di dunia.
Awalnya, keluarga Getty mengira bahwa penculikan ini hanya trik yang direncanakan untuk memeras uang dari mereka. Namun, kecurigaan ini segera lenyap ketika sang ibu menerima telepon yang menyatakan bahwa John Paul telah diculik.
Permintaan tebusan yang diminta oleh kelompok penculik mencapai angka US$17 juta atau sekitar Rp280 miliar pada saat itu. Dalam situasi yang menegangkan ini, kakeknya, yang dikenal sangat pelit dalam urusan keuangan, menolak untuk membayar tebusan tersebut dengan keyakinan bahwa membayar tidak akan menyelesaikan masalah.
Negosiasi yang Buntu dan Ancaman Menghadapi Keluarga
Penolakan untuk membayar tebusan hanya membuat situasi semakin sulit. Kesepakatan dari pihak keluarga tampak tidak ada harapan untuk tercapai, dan selama berbulan-bulan, Getty III terperangkap dalam penahanan yang penuh siksaan. Dia hidup dalam ketakutan dan kekejaman, yang setiap harinya memperburuk kondisinya.
Saat situasi terasa semakin genting, para penculik mengambil langkah ekstrem untuk menekan keluarga. Pada bulan November 1973, mereka mengirimkan paket ke sebuah kantor surat kabar yang berisi bagian tubuh yang mengerikan dan ancaman yang mengguncang hati.
Paket yang diterima menggambarkan ketidakberdayaan dan harapan yang semakin menipis. Pesan yang menyertai potongan telinga itu adalah ancaman bahwa jika uang tidak dibayar, John Paul akan dikirim dalam keadaan yang lebih buruk. Ancaman ini membuat keluarga Getty menjadi panik.
Pembebasan dan Dampak Psikologis yang Menyertainya
Akhirnya, setelah semua tekanan dan ketegangan, keluarga memutuskan untuk membayar tebusan. Pada 15 Desember 1973, setelah enam bulan diculik, John Paul Getty III ditemukan dalam keadaan kritis. Meskipun akhirnya selamat, pengalaman pahit tersebut meninggalkan bekas yang tidak akan hilang.
Trauma yang dialaminya mengarah pada banyak masalah, termasuk ketergantungan pada narkoba yang mengubah jalur hidupnya secara drastis. Meskipun dia berusaha untuk pulih, dampak dari penculikan tersebut terus menghantuinya hingga akhir hayatnya.
John Paul Getty III akhirnya meninggal pada 5 Februari 2011 di London, setelah bertahun-tahun berjuang dengan masalah kesehatan akibat penculikan dan kecanduan narkoba. Kisahnya adalah pelajaran berharga tentang bagaimana kekayaan tidak selalu dapat melindungi seseorang dari bahaya, dan bagaimana ketidakpastian hidup dapat menghancurkan bahkan mereka yang paling beruntung sekalipun.












