Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia baru-baru ini mengungkapkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua terbesar penghasil energi panas bumi di dunia. Saat ini, kapasitas energi panas bumi yang dimanfaatkan mencapai 2,7 Gigawatt (GW), berada di bawah Amerika Serikat yang menghasilkan 3,6 GW.
Bahlil menjelaskan bahwa potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam sektor ini belum sepenuhnya dioptimalkan. Hanya sekitar 10% dari total potensi tersebut yang telah dikelola, sehingga masih ada peluang besar untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan ini.
“Artinya, dari potensi yang ada, kita baru mengelola sekitar 10%. Ini menunjukkan bahwa masih ada 90% potensi yang belum dimanfaatkan,” ungkap Bahlil pada acara 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition di Jakarta, baru-baru ini.
Pentingnya Panas Bumi dalam Transisi Energi Indonesia
Panas bumi dianggap sebagai ’emas uap’ yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dalam konteks transisi energi, pemanfaatan panas bumi dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang berimbas pada lingkungan.
Keberadaan potensi ini sangat strategis untuk memenuhi kebutuhan energi jangka panjang. Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, energi terbarukan seperti panas bumi menjadi solusi yang sangat relevan dan berkelanjutan.
Peluang investasi di sektor panas bumi juga diperkuat dengan kebijakan yang mendukung pengembangan energi terbarukan. Pengelolaan dan pengembangan infrastruktur yang tepat akan membuka jalan bagi peningkatan kapasitas dan efisiensi penggunaan energi ini.
Hambatan dalam Pengelolaan Energi Panas Bumi
Meski memiliki potensi besar, pengelolaan energi panas bumi di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan. Bahlil menyebut terdapat banyak hambatan struktural dan regulasi yang membuat proses investasi menjadi sulit.
Salah satu masalah utama adalah tumpang tindih aturan yang berlaku, yang dapat memperlambat proses pengurusan izin. Pemerintah saat ini berusaha memangkas sejumlah regulasi yang dianggap menghambat agar investasi di sektor ini lebih menarik bagi investor.
Bahlil menjelaskan, “Program kami selama setahun terakhir adalah memangkas berbagai tahapan regulasi yang menghambat percepatan dalam bidang geothermal. Kita berkomitmen untuk mempercepat pengembangan sektor ini.”
Peran PLN dan Permintaan Energi Bersih di Masa Depan
Pembangkit listrik tenaga panas bumi diharapkan dapat langsung berkontribusi kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN) atau industri besar yang membutuhkan pasokan energi bersih. Ini menjadi langkah strategis untuk mendukung hilirisasi dan memaksimalkan potensi energi yang ada.
PLN sebagai pasar utama tentu memiliki peran penting dalam penyediaan energi yang ramah lingkungan. Dengan dukungan dari pemerintah dan investor, diharapkan pengembangan sektor ini dapat berjalan lebih cepat dan efisien.
Dari sisi investor, mereka hanya perlu membawa modal dan teknologi untuk terlibat dalam pengembangan panas bumi di Indonesia. “Market-nya langsung PLN, jadi tidak perlu khawatir tentang permintaan,” tutup Bahlil.