Aktris Fanny Ghassani kembali memperlihatkan dedikasinya di dunia seni peran melalui film horor terbaru berjudul Riba, yang diproduksi oleh Verona Films. Film ini bukan hanya menampilkan keahlian akting, tetapi juga mengajak penontonnya merefleksikan tantangan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal ekonomi.
Dalam film ini, Fanny memerankan sosok Rohmah, seorang istri yang berjuang menghadapi masalah keuangan bersama suaminya, Sugi. Perubahan drastis dalam hidup Rohmah dicerminkan dalam narasi yang mendalam, menunjukkan bagaimana situasi keuangan dapat memengaruhi hubungan pernikahan.
“Rohmah adalah karakter yang sangat dekat dengan realitas kehidupan kita. Dia mengalami kesulitan yang mungkin pernah kita rasakan,” ungkap Fanny saat acara peluncuran film di CGV Grand Indonesia. Ia menekankan bahwa pembelajaran dari karakter ini sangat relevan bagi banyak orang dalam situasi yang serupa.
Pentingnya Memahami Tekanan Ekonomi dalam Pernikahan
Dari perspektif Fanny, film ini juga membawa pesan yang kuat tentang kemandirian finansial dalam pernikahan. “Kedua belah pihak harus saling mendukung secara finansial agar rumah tangga bisa berdiri kokoh,” terangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan tidak hanya soal cinta, tetapi juga tanggung jawab bersama.
Dalam banyak kasus, tekanan finansial bisa membawa dampak besar pada kehidupan pasangan. “Dengan saling membantu, kita bisa melalui masa-masa sulit lebih baik,” tambahnya. Hafalan akan situasi krisis dan pengambilan keputusan di saat genting menjadi tema sentral dalam film ini.
Fanny menggambarkan bahwa perjalanan karakter Rohmah dalam menghadapi kesulitan ekonomi sangat menyentuh. “Dia harus membuat pilihan yang sulit di tengah tekanan, dan itu mencerminkan banyak realita di luar sana,” jelasnya. Dengan membagikan pengalaman dan refleksi melalui film ini, penonton diharapkan mendapatkan wawasan berharga.
Proses Syuting yang Menantang dan Menarik
Selama proses syuting, Fanny mengalami berbagai tantangan yang menguji tidak hanya fisiknya, tetapi juga mentalnya. Salah satu pengalaman yang paling menakutkan adalah ketika ia terjebak longsor di lokasi syuting. “Itu adalah pengalaman yang sangat menegangkan dan menguras energi,” ungkapnya dengan serius.
Adegan kesurupan yang juga dimasukkan dalam film memberikan tantangan tersendiri baginya. “Penting untuk menyalurkan emosi yang tepat dalam adegan-adegan tersebut, dan itu tidak mudah,” jelas Fanny. Menghadapi semua itu, ia mampu membawa penonton merasakan ketegangan yang tidak bisa dipungkiri di dalam film.
Fanny juga menyoroti pentingnya kolaborasi tim dalam menciptakan atmosfer yang bisa menghidupkan cerita. “Tanpa dukungan dari kru dan rekan-rekan aktor, film ini tidak akan menjadi seperti sekarang,” tambahnya. Tim produksi membuat segala sesuatunya berjalan lancar, meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi.
Resonansi Cerita dengan Realitas Masyarakat
Film Riba diangkat dari sebuah utas viral di media sosial yang menggambarkan perjuangan ekonomi masyarakat. Cerita yang terinspirasi dari pengalaman nyata ini diharapkan dapat memberikan suara bagi mereka yang mengalami kesulitan serupa. “Saya yakin banyak orang bisa merasakan keberadaan tokoh Rohmah,” tutur Fanny.
Dengan kedalaman cerita yang dihadirkan, Fanny merasa bahwa film ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga medium untuk menyampaikan pesan sosial yang penting. “Kita perlu berbicara tentang isu-isu ini dan menjadikannya bagian dari diskusi yang lebih luas,” ujarnya dengan tegas.
Resonansi cerita dalam film ini mencerminkan ketidakpastian yang sering dihadapi banyak keluarga di seluruh dunia. “Kesulitan ekonomi adalah kenyataan yang harus dihadapi banyak orang, dan ini menjadi latar belakang yang relevan dalam film,” jelasnya.