Dunia pariwisata Indonesia kini menghadapi perubahan yang cukup signifikan. Banyak wisatawan, khususnya dari Generasi Milenial, Gen Z, dan Gen Alpha, lebih fokus pada kualitas foto yang diambil ketimbang pengalaman asli saat mengunjungi destinasi wisata.
Fenomena ini terlihat jelas dari cara generasi muda berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Mereka lebih suka menghabiskan waktu untuk mengabadikan momen di media sosial, alih-alih menikmati keindahan yang ada di depan mata.
Menurut Chusmeru, seorang pengamat pariwisata, karakteristik generasi ini membuat mereka menginginkan segala sesuatu yang serba cepat dan visual. Hal tersebut berimbas pada kebiasaan mereka dalam menikmati pariwisata.
Perubaan Paradigma Wisatawan di Era Digital
Dalam era digital, interaksi sosial melalui media menjadi sangat penting bagi banyak orang. Sebagian besar dari mereka merasa tertekan untuk selalu memposting foto dan cerita dari perjalanan mereka ke berbagai platform media sosial.
“Mereka tidak bisa membiarkan momen berlalu tanpa dibagikan,” ujar Chusmeru. Fenomena ini ditambah lagi dengan adanya fenomena “Fear Of Missing Out” (FOMO), yang membuat orang semakin terdorong untuk membagikan apa yang mereka lihat.
Sebagai dampaknya, waktu yang mereka habiskan di satu tempat menjadi cukup singkat. Mereka lebih memilih bergegas ke lokasi berikutnya agar dapat memperbanyak konten yang diunggah.
Efek Spot Foto Artifisial pada Pariwisata
Banyak pengelola tempat wisata bersaing untuk menciptakan spot foto menarik guna menarik perhatian para wisatawan. Spot-spot ini sering kali bukanlah hasil karya alami melainkan buatan, seperti banner raksasa atau instalasi seni.
Menariknya, meskipun memiliki daya tarik visual, keberadaan spot-spot ini sering kali membuat pengunjung melupakan tujuan utama mereka. “Esensi pariwisata sangat hilang dalam hal ini,” tegas Chusmeru.
Dia menambahkan bahwa pemandangan yang sebenarnya seharusnya menjadi daya tarik utama sering kali tergantikan oleh elemen-elemen yang terlalu dibesar-besarkan. Ini menyebabkan distorsi visual yang membuat pengalaman wisata menjadi kurang autentik.
Menuju Pariwisata yang Lebih Berkelanjutan
Menyikapi keadaan ini, Chusmeru memberikan beberapa saran bagi pengelola tempat wisata. Salah satunya adalah berfokus pada pelestarian alam dan menjaga kebersihan tempat wisata agar tetap alami.
Wisatawan juga disarankan untuk memprioritaskan pengalaman yang lebih mendalam terhadap lingkungan. “Bersikaplah lebih mendalam saat mengunjungi destinasi,” tambahnya.
Pengunjung harus bisa menemukan kebahagiaan dari keindahan alam asli dan suasana yang damai daripada terjebak dalam kebutuhan untuk membuat konten yang sempurna untuk media sosial.













