Dalam perjalanan hidup seseorang, peran guru memiliki dampak yang mendalam, baik itu guru formal, non-formal, maupun yang bersifat spiritual. Hal ini juga berlaku bagi Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto, di mana salah satu guru spiritualnya dianggap berpengaruh besar dalam menentukan arah kariernya.
Di balik setiap langkah karier Soeharto, terdapat sosok penting yang memberikan nasihat berharga. Keterhubungan mereka bukan semata-mata hubungan akademis, tetapi lebih pada ikatan spiritual yang mendalam yang mewarnai perjalanan hidupnya.
Sosok yang dimaksud adalah Rama Diyat, seorang mantan kapten tentara yang terlibat langsung dalam Perang Kemerdekaan. Pada tahun 1950, setelah meninggalkan dunia militer, ia memutuskan untuk mengajar ilmu kebatinan, dan di antara murid-muridnya terdapat Soeharto yang kemudian menjadi Presiden.
Peranan Rama Diyat dalam Karier Soeharto yang Berkelok-kelok
Rama Diyat memberikan nasihat yang dianggap sangat berpengaruh terhadap perjalanan karier Soeharto. Pada tahun 1965, Soeharto merasa terpuruk dalam karier militer di mana ia tidak mendapatkan jabatan strategis dan merasa terasing dari sesama perwira. Momen ini menjadi titik kritis dalam kehidupannya.
Dalam keadaan tertekan, Soeharto berencana untuk mengundurkan diri. Ia bahkan sudah menyiapkan surat pengunduran diri tersebut. Namun, berkat dorongan rekannya, Soedjono Hoemardani, keputusan itu bisa dibatalkan, setelah mengingat pesan yang disampaikan Rama Diyat tentang potensi besar yang dimiliki Soeharto.
Seiring dengan berjalannya waktu, peristiwa G30S meletus dan memicu perubahan besar. Banyak perwira tinggi yang gugur dalam insiden tersebut, sementara Soeharto berhasil mengambil alih komando dan kariernya melonjak hingga meraih posisi sebagai Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Pengakuan dan Kehormatan untuk Rama Diyat
Sejak saat itu, sosok Rama Diyat tidak hanya dianggap sebagai guru spiritual, tetapi juga diangkat sebagai penasihat spiritual dengan gelar Brigadir Jenderal Kehormatan. Penghormatan ini memang mencerminkan pengaruh besar yang dimiliki oleh Rama Diyat dalam kehidupan Soeharto.
Meskipun perannya signifikan, catatan resmi tentang nasihat yang diberikan oleh Rama Diyat selama masa kepemimpinan Soeharto cukup minim. Begitu banyak dari pengaruhnya yang hanya dapat ditemukan dalam memoir dan dokumentasi informal.
Rama Diyat sering kali memimpin ritual di tempat tertentu, yang dikenal sebagai Jambe Pitu, di Pantai Selatan Jawa. Walaupun ada keraguan mengenai kehadiran Soeharto di acara-acara tersebut, statusnya sebagai penasihat spiritual negara membuatnya mendapatkan pengamanan yang ketat.
Spiritualitas dan Pemikiran Soeharto yang Dalam
Keterikatan Soeharto dengan ajaran spiritual sudah terbangun sejak masa remajanya. Dalam autobiografinya, ia menyebut pengalamannya belajar dari Kyai Darjatmo, seorang tokoh spiritual yang terkenal akan kemampuannya dalam mengobati dan meramal. Kenangan ini menunjukkan bahwa spiritualitas adalah bagian integral dari hidup Soeharto sejak awal.
Hubungannya dengan Kyai Darjatmo berlangsung cukup lama. Meskipun Soeharto sudah menjadi tentara, ia terus berkonsultasi dengan sang kyai, menunjukkan bahwa pencarian spiritualnya tidak terputus meskipun kariernya semakin menanjak. Pola ini mencerminkan bagaimana spiritualitas dan kepemimpinan dapat berjalan beriringan.
Kedekatan Soeharto dengan berbagai figura spiritual menunjukkan betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk pendapat dan keputusan yang diambilnya. Melalui berbagai pembelajaran yang dia dapatkan, ia menyadari bahwa elemen spiritual juga memainkan peranan krusial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.














