Aceh mencatat peristiwa bersejarah dan dramatis ketika tentara Amerika Serikat melancarkan serangan langsung terhadap penduduknya. Dalam misi ini, mereka menggunakan taktik penyamaran yang tergolong cerdik, memanfaatkan momen di mana penduduk setempat tidak waspada untuk mencapai tujuan militer.
Timeline peristiwa ini dimulai saat kapal USS Potomac, dibawah komando Kapten John Downes, menerima perintah langsung dari Presiden Andrew Jackson. Misi ini adalah untuk menanggapi serangan terhadap kapal dagang milik AS, Friendship, yang terjadi di Kuala Batu, Aceh, pada awal tahun 1831.
Perintah presiden untuk ‘siaga tempur’ menggambarkan ketegangan yang melanda saat itu. Downes, seorang perwira berpengalaman dalam operasi militer, segera melakukan persiapan untuk misi yang dapat mengubah nasib perdagangan Amerika di wilayah Hindia Timur.
Serangan yang Mengubah Sejarah Aceh dan Amerika Serikat
Bulan-bulan pelayaran USS Potomac di berbagai samudera bukan tanpa perhitungan strategis. Downes menyadari bahwa pendekatan langsung dengan meriam dipajang serta bendera AS akan menghadirkan risiko tinggi. Oleh karena itu, rencana diubah untuk menyamar sebagai kapal dagang Belanda.
Penyamaran ini didasari oleh fakta bahwa Belanda sudah lama berdagang dengan Aceh. Sebagai kerajaan merdeka, Aceh tidak berada di bawah kolonisasi Belanda. Hubungan dagang yang kuat ini memberi peluang untuk misi Downes tanpa kecurigaan dari penduduk lokal.
Begitu USS Potomac tiba di Kuala Batu, Downes melaksanakan rencananya dengan keahlian bungkam. Dengan dalih berdagang, pasukan turun dari kapal, tetapi tujuan utamanya adalah mengevaluasi pertahanan wilayah dan mengatur rencana serangan mendadak.
Pelaksanaan Serangan Mendadak di Kuala Batu
Waktu yang tepat untuk melancarkan serangan adalah di saat penduduk tertidur. Pada tanggal 6 Februari 1832, serangan dimulai saat fajar menyingsing, dengan 300 tentara meluncur ke permukiman. Efek kejutan menjadi kunci dalam misi ini, dan penduduk setempat tidak siap menghadapi serangan.
Serangan dilakukan dengan cepat dan efektif, mengawali situasi yang sangat mengerikan bagi penduduk yang mengira tamu asing tersebut hanya datang untuk berdagang. Mereka berusaha melawan, tetapi akhirnya tidak berdaya melawan kekuatan militer yang terlatih.
Dalam waktu singkat, benteng-benteng kota berhasil direbut dan banyak korban berjatuhan di pihak warga lokal, bahkan laporan mencatat angka yang memicu perdebatan panjang di kemudian hari. Hasilnya, tentara Amerika optimis dengan sedikit pengorbanan di pihak mereka. Namun, dampak serangan ini jauh lebih luas dari sekadar kemenangan militer.
Dampak Global dan Opini Publik di Amerika Serikat
Sejak hari kejadian itu, opini publik berkisar dari pujian untuk tentara AS sebagai pahlawan hingga cemoohan yang menilai mereka sebagai pembunuh biadab. Keberhasilan serangan dalam jumlah praktis justru menciptakan ketegangan sosial di tanah air, yang tumbuh seiring waktu.
Presiden Andrew Jackson berupaya meredam gelombang kritik yang muncul setelah peristiwa tersebut. Walau serangan dianggap sukses secitra militer, cara penyerangan yang dilakukan menimbulkan stigma terhadap AS yang berkonsekuensi panjang.
Banyak sejarawan modern menyatakan bahwa serangan tersebut menunjukkan kejadian di mana ketidakadilan dagang menjadi pemicu konflik. Pedagang lokal yang merasa dirugikan karena praktik curang sebelumnya menunju dua sisi dalam konflik ini—satu sisi aksi militer, satu sisi reaksi sosial.
Pembelajaran dari Misi yang Kontroversial
Seiring perkembangan waktu, perlahan-lahan fakta-fakta mengenai serangan ini semakin terungkap. Penyelidikan menunjukkan bahwa ketidakpuasan yang mendalam dari warga Aceh atas tindakan pedagang AS yang merugikan mereka berkontribusi pada serangan terhadap kapal Friendship. Rasa marah yang memuncak dalam aksi defensif tersebut menjadi sebuah makna yang penuh implikasi.
Ironisnya, aksi balasan oleh USS Potomac tidak hanya mengubah sejarah skor militer, tetapi juga membuka celah bagi invasi lebih lanjut dari Belanda ke Aceh di tahun-tahun berikutnya. Permusuhan ini pun melahirkan perang yang berkepanjangan, yang mengubah wajah Aceh selamanya.
Dengan mendalami kembali momen bersejarah ini, kita dapat melihat bahwa sejarah tidak pernah hitam-putih. Pelajaran penting tentang kekuatan, keadilan, dan akibat tindakan manusia selalu menyimpan nilai yang abadi, terlepas dari waktu yang berlalu.